Saya teringat kata-kata penyair Jerman Bertolt breach "Buta terburuk adalah buta politik, tidak mendengar, tidak berbicara dan tidak berpatisipasi dalam peristiwa politik". Orang yang seperti itu biasanya tidak terlalu mengerti dan tidak tahu biaya hidup, harga makanan pokok, bahan bakar minyak dan hal lainnya yang berkaitan dengan keputusan politik. Orang yang buta politik biasanya bangga dan membusungkan dadanya mengatakan"iya membenci politik". Iya tidak tahu bahwa dari kebutaan politiknya lahir pencuri terburuk dari semua pencuri yang biasa kita sebut dengan koruptor.
Paradigma orang Sunda harus benar-benar dirubah dari tadinya "Mangga tipayun" harus menjadi "Punten kapayunan". Miris ketika tidak ada satupun orang sunda yang maju mencalonkan diri menjadi seorang Presiden. Dari zaman tikotok dilebuan sampai menginjak sekarang zaman modern Presiden di Indonesia selalu di dominasi oleh orang Jawa.
"Orang Sunda kamarana?"
"Orang Sunda dimarana?"
Setelah saya melakukan penelitian kecil ternyata orang Sunda mempunyai pemikiran yang sempit, orang Sunda mempunya prisnsip "Ah sok we akang nu janteun Presiden, kuring mah ku manggih udud jeung kopi ge geus Alhamdullilah". (Benar teu?)
Hal itulah yang mendasari minimnya kontribusi orang Sunda di ranah Politik, orang Sunda tidak haus akan kekuasaan dan itu sudah hukum alam dan menjadi mata rantai sampai ke anak-incu.
Semoga di masa yang akan datang terlahir orang Sunda yang mempunyai Visi ke depan dan menjadi pemimpin di negeri ini seperti yang di cita-citakan oleh Prabu Siliwangi saat memimpinkerajaan Padjajaran dahulu kala.
URANG SUNDA GEURA HUDANG !!
0 comments:
Post a Comment